Senin, 28 Februari 2011
Menpora: Kami Tetap Peringatkan PSSI
enteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Mallarangeng, masih mempelajari hasil keputusan Komite Banding Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
"Kami tetap pada posisi awal yaitu memberikan peringatan terhadap pencalonan Ketua Umum PSSI," kata Andi Mallarangeng dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR, Jakarta, Senin 28 Februari 2011.
Andi mengingatkan agar PSSI menaati aturan-aturan yang berlaku. PSSI dan pengurusnya harus mematuhi statuta FIFA. Andi juga mendesak PSSI menerapkan PP Nomor 16 Tahun 2007, yang berlaku sejak 5 Februari 2007, yang menyebutkan ketua umum induk organisasi olahraga tidak boleh seorang terpidana. "Kalau ini belum dilaksanakan, tolong dilaksanakan. Kami mendesak PSSI segera melakukan koreksi dengan catatan-catatan," ujar Andi.
Andi berharap, bila PSSI menerapkan PP Nomor 16 tahun 2007, maka kongres yang digelar berjalan sesuai perundang-undangan yang berlaku. Tidak hanya itu, kongres juga berjalan sesuai dengan peraturan lembaga olahraga.
"Yang kami lakukan sangat terukur, yakni memberikan peringatan dengan melaksanakan aturan," tegas Andi.
Soal standar Statuta FIFA, PSSI menyebut Menegpora salah menginterpretasikannya. Pasalnya, PSSI telah mengikutinya. "Jangan salah, PSSI sudah mengikuti statuta FIFA," kata MAX BOBOY Direktur Hukum dan Peraturan PSSI.
Diposting oleh leonardo di 03.06 0 komentar
Minggu, 27 Februari 2011
PM Tunisia Mengundurkan Diri
Perdana Menteri sementara Tunisia, Mohammed Ghannouchi, pada Minggu malam, 27 Februari 2011, mengundurkan diri dari kursi kepemimpinannya.
Seperti dilansir dari laman Associated Press, Ghannouchi menyatakan tidak siap menjadi pengambil keputusan di tengah gejolak yang mulai terjadi kembali di Tunisia.
Pada siaran televisi lokal yang disiarkan secara langsung, Ghannouchi mengatakan telah memikirkan masak-masak mengenai keputusannya tersebut.
“Saya memutuskan untuk berhenti sebagai perdana menteri. Saya tidak lari dari tanggung jawab. Ini adalah pembuka jalan bagi perdana menteri yang baru,” ujar Ghannouchi.
“Saya tidak siap menjadi seseorang yang mengambil keputusan yang dapat menyebabkan kekacauan,” lanjut Ghannouchi lagi. Keputusan Ghannouchi ini diambil di tengah-tengah kekacauan yang mulai marak lagi di Tunisia.
Demonstrasi massa yang berlangsung sejak Jumat, menuntut dibersihkannya pemerintahan dari orang-orang dekat rezim Presiden Zine el Abidine Ben Ali, bentrok dengan aparat keamanan.
Sampai Minggu, dilaporkan sedikitnya empat orang tewas di ibukota Tunis dan lebih dari 200 orang lainnya terluka. Sebanyak 100 orang dilaporkan ditahan pada demonstrasi Sabtu. Kementerian Dalam Negeri mengatakan bentrokan dipicu oleh provokator yang terdapat diantara massa.
Ghannouchi mengatakan pengunduran dirinya adalah demi terwujudnya situasi yang kondusif dan lingkungan yang baik bagi terciptanya zaman baru di Tunisia. “Pengunduran diri ini demi Tunisia, dan revolusi, serta masa depan Tunisia,” ujar Ghannouchi.
Sejak Presiden Tunisia Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari 2011, Ghannouchi menggantikannya memimpin pemerintahan transisi sampai pemilu berikutnya digelar. Ghannouchi adalah orang dekat Ben Ali sejak tahun 1999.
Pemerintahan Ghannouchi yang seumur jagung dinilai terlalu lambat dalam melakukan perubahan. Hal inilah yang membuat rakyat kembali turun ke jalan dan menuntut perubahan yang lebih cepat
Seperti dilansir dari laman Associated Press, Ghannouchi menyatakan tidak siap menjadi pengambil keputusan di tengah gejolak yang mulai terjadi kembali di Tunisia.
Pada siaran televisi lokal yang disiarkan secara langsung, Ghannouchi mengatakan telah memikirkan masak-masak mengenai keputusannya tersebut.
“Saya memutuskan untuk berhenti sebagai perdana menteri. Saya tidak lari dari tanggung jawab. Ini adalah pembuka jalan bagi perdana menteri yang baru,” ujar Ghannouchi.
“Saya tidak siap menjadi seseorang yang mengambil keputusan yang dapat menyebabkan kekacauan,” lanjut Ghannouchi lagi. Keputusan Ghannouchi ini diambil di tengah-tengah kekacauan yang mulai marak lagi di Tunisia.
Demonstrasi massa yang berlangsung sejak Jumat, menuntut dibersihkannya pemerintahan dari orang-orang dekat rezim Presiden Zine el Abidine Ben Ali, bentrok dengan aparat keamanan.
Sampai Minggu, dilaporkan sedikitnya empat orang tewas di ibukota Tunis dan lebih dari 200 orang lainnya terluka. Sebanyak 100 orang dilaporkan ditahan pada demonstrasi Sabtu. Kementerian Dalam Negeri mengatakan bentrokan dipicu oleh provokator yang terdapat diantara massa.
Ghannouchi mengatakan pengunduran dirinya adalah demi terwujudnya situasi yang kondusif dan lingkungan yang baik bagi terciptanya zaman baru di Tunisia. “Pengunduran diri ini demi Tunisia, dan revolusi, serta masa depan Tunisia,” ujar Ghannouchi.
Sejak Presiden Tunisia Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari 2011, Ghannouchi menggantikannya memimpin pemerintahan transisi sampai pemilu berikutnya digelar. Ghannouchi adalah orang dekat Ben Ali sejak tahun 1999.
Pemerintahan Ghannouchi yang seumur jagung dinilai terlalu lambat dalam melakukan perubahan. Hal inilah yang membuat rakyat kembali turun ke jalan dan menuntut perubahan yang lebih cepat
Diposting oleh leonardo di 19.55 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)