Perdana Menteri sementara Tunisia, Mohammed Ghannouchi, pada Minggu malam, 27 Februari 2011, mengundurkan diri dari kursi kepemimpinannya.
Seperti dilansir dari laman Associated Press, Ghannouchi menyatakan tidak siap menjadi pengambil keputusan di tengah gejolak yang mulai terjadi kembali di Tunisia.
Pada siaran televisi lokal yang disiarkan secara langsung, Ghannouchi mengatakan telah memikirkan masak-masak mengenai keputusannya tersebut.
“Saya memutuskan untuk berhenti sebagai perdana menteri. Saya tidak lari dari tanggung jawab. Ini adalah pembuka jalan bagi perdana menteri yang baru,” ujar Ghannouchi.
“Saya tidak siap menjadi seseorang yang mengambil keputusan yang dapat menyebabkan kekacauan,” lanjut Ghannouchi lagi. Keputusan Ghannouchi ini diambil di tengah-tengah kekacauan yang mulai marak lagi di Tunisia.
Demonstrasi massa yang berlangsung sejak Jumat, menuntut dibersihkannya pemerintahan dari orang-orang dekat rezim Presiden Zine el Abidine Ben Ali, bentrok dengan aparat keamanan.
Sampai Minggu, dilaporkan sedikitnya empat orang tewas di ibukota Tunis dan lebih dari 200 orang lainnya terluka. Sebanyak 100 orang dilaporkan ditahan pada demonstrasi Sabtu. Kementerian Dalam Negeri mengatakan bentrokan dipicu oleh provokator yang terdapat diantara massa.
Ghannouchi mengatakan pengunduran dirinya adalah demi terwujudnya situasi yang kondusif dan lingkungan yang baik bagi terciptanya zaman baru di Tunisia. “Pengunduran diri ini demi Tunisia, dan revolusi, serta masa depan Tunisia,” ujar Ghannouchi.
Sejak Presiden Tunisia Ben Ali melarikan diri ke Arab Saudi pada 14 Januari 2011, Ghannouchi menggantikannya memimpin pemerintahan transisi sampai pemilu berikutnya digelar. Ghannouchi adalah orang dekat Ben Ali sejak tahun 1999.
Pemerintahan Ghannouchi yang seumur jagung dinilai terlalu lambat dalam melakukan perubahan. Hal inilah yang membuat rakyat kembali turun ke jalan dan menuntut perubahan yang lebih cepat
Minggu, 27 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar